TEMPO.CO, Jakarta – CEO Tesla Elon Musk Dia menyarankan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk menghindari keputusan mengirim pemuda Ukraina berperang melawan Rusia. Penyuluhan Musk melontarkan komentar tersebut di tengah goyahnya serangan balasan Kiev yang menurut Moskow telah menewaskan puluhan ribu tentara Ukraina.
Dalam wawancara podcast dengan Lex Friedman pada Jumat 10 November 2023, Musk ditanya apakah dia percaya. Zelenskiy harus mengadakan pembicaraan damai dengan Presiden Rusia Vladimir Putin? Miliarder teknologi itu tidak memberikan jawaban langsung, ia hanya menyarankan agar Zelenskiy tidak mengirim pemuda Ukraina untuk mati di parit.
“Siapapun yang melakukan serangan ini akan kehilangan banyak orang, dan sejarah tidak akan memandang baik orang tersebut,” kata Musk, yang berulang kali menunjuk pada permusuhan antara Moskow dan Kiev.
Pada bulan September 2023, Ukraina melancarkan serangan balasan yang menewaskan banyak tentara. Musk pernah menyampaikan rencana perdamaian yang menyarankan Kiev mengakui Krimea sebagai bagian dari Rusia, sedangkan empat wilayah lain di Ukraina yang mengadakan referendum pada musim gugur 2022 yang memutuskan bergabung dengan Rusia harus bersedia mengadakan referendum. Persatuan negara-negara. Pengawasan. Namun, ide topeng tersebut disemprotkan oleh Ukraina. Andriy Melnyk, duta besar Ukraina Agar Jerman menyuruh Musk untuk “berbohong” (tentang ide Musk).
Periklanan
Moskow telah berulang kali mengatakan pihaknya terbuka untuk melakukan pembicaraan dengan Kiev, tetapi pada musim gugur tahun 2022 Zelensky menandatangani dekrit yang melarang pembicaraan apa pun dengan Rusia selama Presiden Putin masih berkuasa. Dia menegaskan kembali posisi ini awal bulan lalu, menolak konsesi apa pun dengan Moskow.
Sejak awal Juni 2023, Ukraina telah melancarkan serangan balasan, namun gagal menunjukkan hasil yang signifikan. Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu Diperkirakan Kiev telah kehilangan lebih dari 90.000 orang tentara Dan dia mengkritik kemerosotan moral tentara Ukraina.
Sumber: RT.com
Pilihan Editor: Kasus inilah yang menjerat mantan menteri Malaysia Syed Sadiq
Ikuti berita terkini dari Tempo.co Klik di Google Berita Di Sini
Quoted From Many Source